Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami musim hujan pada Oktober atau November 2021. Adapun untuk area Jakarta dan sekitarnya, hujan terpantau sudah mulai lebih sering turun.
Memasuki musim hujan ini, ‘bayang-bayang’ Aquaplaning mengancam keselamatan para pengendara, khususnya mobil. Berkendara di tengah hujan memang perlu kehati-hatian lebih. Ketika Aquaplaning muncul berbagai faktor yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Pertama, visibilitas pengemudi ke jalan saat hujan tentu saja berkurang. Semakin deras hujan yang turun, semakin tereduksi pula daya pandang ke arah jalan. Ancaman tak berhenti sampai di sana. Satu lagi momok yang tak kalah menakutkan adalah mengalami aquaplaning yang bisa menyebabkan kecelakaan fatal, kerusakan parah pada mobil, hingga potensi cedera berat sampai kehilangan nyawa.
Aquaplaning disebut juga sebagai hydroplaning. Keduanya bisa diartikan sebagai kondisi ketika ban kendaraan kehilangan daya cengkeram atau traksi terhadap jalan. Adapun penyebabnya ialah genangan air pada jalan yang sedang dilintasi, yang membuat tapak ban kehilangan kontak sesaat dengan permukaan. Akhirnya, mobilpun tidak bisa dikendalikan dan mengarah ‘liar’ tanpa bisa diduga.
Gawatnya, genangan air tidak perlu terlalu tinggi agar dapat memicu aquaplaning. Genangan yang relatif cetek pun dapat menyebabkan ban kehilangan kontak dengan jalan, apalagi jika bodi mobil sedang sedikit terangkat karena berjalan terlampau cepat atau karena downforce (gaya tekan ke bawah) yang kurang.
Air mempunyai tingkat kekentalan atau viskositas yang membuatnya perlu waktu untuk mengalir maupun berpindah tempat, sekalipun mendapat tekanan dari bobot mobil yang melaju.
Risiko terjadinya Aquaplaning disebut relatif lebih tinggi pada jenis-jenis mobil besar dengan ground clearance tinggi, seperti MPV maupun SUV, ketimbang pada sedan atau hatchback.
Selain itu, ban dengan kondisi tapak yang sudah tidak ideal juga memperbesar risiko Aquaplaning. Pasalnya, kemampuan ban memecah dan mengalirkan genangan air di permukaan jalan menjadi berkurang.
Berikut faktor-faktor penyebab aquaplaning pada kendaraan:
Genangan air
Mobil yang melaju terlalu cepat
Terjadinya daya angkat akibat aliran angin di kendaraan
Tapak ban yang sudah tipis
Tips Jitu Hindari Aquaplaning
Pepatah Indonesia lama mengatakan ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’. Oleh karena ini, lebih baik menghindari semaksimal mungkin risiko mengalami aquaplaning, ketika kamu sedang mengemudikan kendaraan di tengah hujan.
Lalu, langkah apa saja yang mesti kamu perhatikan untuk mengurangi potensi Aquaplaning:
Kurangi Kecepatan Mobil
Langkah pertama, kamu wajib mengurangi kecepatan mobil ketika berkendara saat hujan atau pun saat sedang melintas jalan yang masih basah pascahujan. Kecepatan dapat menjadi salah satu faktor ban mengalami momentum berkurangnya ‘pijakan’ pada permukaan jalan selama sepersekian detik. Hal tersebut, ditambah dengan keberadaan genangan air, sudah amat cukup memicu aquaplaning.
Dengan mengurangi kecepatan, kamu juga punya waktu lebih untuk mengamati kondisi di sekitar serta bereaksi. Apalagi, daya pandang pengemudi ketika hujan tereduksi.
Fokus Mengemudi
Ketika mengemudi di saat cerah saja, kita harus fokus, apalagi saat hujan. Jangan sekali-kali melakukan hal-hal yang dapat mengalihkan fokus kita walaupun hanya sesaat. Misalnya saja dengan mengutak-atik head unit, melihat layar smartphone, berkirim pesan lewat smartphone, menelpon, atau menonton tayangan video atau film via head unit.
Jangan Agresif
Karakter mengemudi yang agresif amat tidak dianjurkan di kala hujan, karena memperbesar kemungkinan terjadinya Aquaplaning. Oleh karena itu, jangan melakukan manuver-manuver yang bisa ‘mengetes’ stabilitas dan downforce mobil kamu seperti menikung tajam dengan kecepatan tinggi atau menyalip mobil-mobil lain secara cepat.
Ban dan Tekanan Angin yang Pas
Sebagai komponen yang bersentuhan langsung dengan jalan, kondisi ban amatlah penting. Terlebih ketika kamu mengemudi di musim hujan. Cek keadaan empat ban mobil Anda secara rutin untuk memastikan tapaknya belum aus. Ban yang aus sudah kehilangan kemampuan mengaliri air, juga sudah kehilangan daya cengkeram hingga ke taraf yang membahayakan orang-orang di dalam kabin mobil. Ban pun menjadi licin.
Untuk mengetahui hal ini, kamu dapat mengacu pada Tread Wear Indicator (TWI) pada sisi samping ban.
Setelah itu, ketahui dengan pasti tekanan angin ban yang ideal untuk model kendaraan yang kamu miliki. Cek di buku manual kendaraan, kemudian periksa tekanan angin kendaraan secara lebih rutin lagi pada musim hujan.
Fitur-Fitur Bantuan Keselamatan Aktif
Faktor utama keselataman berkendara yaitu ada pada sisi kewaspadaan pengemudi. Namun, mobil dengan fitur-fitur bantuan keselamatan aktif tentunya bakal makin menguntungkan orang-orang di dalam kabin mobil.
Setidak-tidaknya, pilihlah mobil yang punya Vehicle Stability Control (VSC) serta Traction Control (TC). Patut pula disadari arti penting sistem pengereman Anti-lock Braking System (ABS), Electronic Brakeforce Distribution (EBD), dan Brake Assist (BA).
Ini Cara Atasi Aquaplaning
Jika sudah terkena Aquaplaning, kamu jangan panik. Kepanikan justru dapat mengancam keselamatan kamu. Tentu saja, hal ini membutuhkan kecekatan, refleks, plus teknik berkendara yang baik.
Namun, kamu harus punya ‘senjata’ jika mobilmu terkena Aquaplaning. Ini caranya:
Usahakan Jangan Panik
Saat panik, kemampuan berpikir dan respons kamu bisa makin tidak terkendali. Padahal, dalam kondisi mobil yang sulit dikendalikan akibat aquaplaing, pengendalian diri pengemudi serta kemampuan berpikir cepat menggerakkan tangan dan kaki amat penting.
Jangan Injak Pedal
Angkat kaki dari semua pedal di bawah. Jangan menginjak pedal gas maupun rem.
Atur Pergerakan Setir
Anda tidak boleh memutar lingkar kemudi terlalu cepat, ketika sedang mengalami aquaplaning. Rasakan serta ikuti arah pergerakan mobil sampai Anda mendapatkan lagi kontrol atas kendaraan. Pergerakan-pergerakan spontan pada pedal maupun setir tidak boleh dilakukan.