Transmisi CVT (Continuously Variable Transmission) semakin populer karena menyuguhkan kenyamanan berkendara yang halus dan efisiensi. Namun, sistem ini juga tergolong "manja" dibanding transmisi konvensional bila tak dirawat dengan tepat, kerusakan atau biaya tinggi bisa muncul lebih cepat.
Menurut Lung Lung, pemilik bengkel Dokter Mobil dalam laman Kompas.com, salah satu penyebab utama kerusakan pada CVT adalah kebiasaan berkendara agresif yang melebihi kapasitas sistem sabuk baja dan puli di dalam transmisi. Misalnya, akselerasi mendadak atau menahan mobil di tanjakan hanya dengan pedal gas akan membebani komponen internal CVT dan memicu keausan lebih cepat. Oleh karena itu, penting untuk mengenali batas sistem agar tidak memaksanya bekerja di luar spesifikasi.
Berikut sejumlah tips praktis agar CVT tetap awet dan tidak membebani kantong.
Berkendara Halus dan Hindari Akselerasi Mendadak
Salah satu kiat sederhana tapi sangat efektif adalah berkendara secara halus, baik saat menginjak gas, melepaskan gas, maupun memperlambat laju kendaraan. Gerakan pedal yang tiba-tiba dapat menyebabkan slip dan beban berlebih di sabuk serta puli CVT. Gerakan lembut dalam transisi akselerasi dan deselerasi membantu menjaga stabilitas putaran dan tekanan oli.
Hindari Pergantian Posisi Tuas yang Tidak Tepat
Pergantian tuas dari D (Drive) ke R (Reverse) atau sebaliknya sebaiknya dilakukan setelah mobil benar-benar berhenti. Jika dipindah saat mobil masih bergerak, beban mendadak bisa merusak elemen gigi internal CVT. Lung Lung juga menyoroti bahwa kebiasaan langsung memindahkan tuas dari D ke R (atau sebaliknya) tanpa berhenti adalah kesalahan umum pengguna CVT.
Juga disarankan agar saat berhenti sebentar (misalnya lampu merah), jangan langsung menggerakkan tuas ke "P" (Parking), melainkan gunakan posisi "N" (Netral) dahulu jika memungkinkan.
Ganti Oli CVT Secara Rutin dan Tepat Jenis
Oli CVT (CVT Fluid / CVTF) berperan penting dalam melumasi, mendinginkan, dan melindungi sabuk, puli, dan elemen mekanis lainnya.
Beberapa pedoman perawatan yang lazim direkomendasikan:
Ganti oli CVT secara berkala, misalnya tiap 25.000 km atau setahun tergantung kondisi jalan dan rekomendasi pabrikan.
Dalam kasus oli yang jarang diganti atau sudah terkontaminasi, lakukan flushing untuk membersihkan kotoran dan endapan.
Saat mengganti oli, disarankan juga mengganti saringan oli (filter CVT) agar aliran oli bersih dan efektif
Pemilihan oli yang sesuai spesifikasi pabrikan sangat krusial. Oli yang tidak cocok sifat viskositas dan aditifnya dapat mempercepat kerusakan transmisi.
Jangan Membawa Beban Berlebih
Muatan berlebih membuat CVT bekerja ekstra keras, meningkatkan suhu kerja, dan mempercepat penurunan kualitas oli. Jika sering membawa beban berat, lakukan servis lebih sering untuk menjaga performa transmisi.
Perhatikan Suhu dan Pendinginan Transmisi
Suhu yang terlalu tinggi (overheating) dapat membuat oli CVT cepat rusak dan kehilangan kemampuan pelumasan. Penggunaan mobil di kondisi lalu lintas macet, tanjakan panjang, atau beban berat sangat meningkatkan potensi panas. Oleh karena itu:
Usahakan sistem pendingin transmisi (cooler / radiator oli) tetap bersih dan bebas hambatan.
Hindari terus-menerus memanaskan mobil hingga overheating.
Bila memungkinkan, istirahatkan mobil dan kurangi beban kerja dalam kondisi ekstrem.
Merawat CVT bukanlah hal rumit, tetapi membutuhkan disiplin dan kesadaran pengemudi. Dengan rutin mengganti oli, menghindari akselerasi mendadak, tidak membawa beban berlebih, serta melakukan servis berkala, pemilik mobil bisa menikmati kenyamanan berkendara lebih lama sekaligus menghemat biaya perbaikan.
Sederhana, bukan? Perawatan kecil yang konsisten akan membuat CVT Sahabat tetap awet dan dompet tetap aman.