Cuaca tak menentu mulai dirasakan di berbagai daerah Indonesia. Pagi bisa cerah terik, namun siang berubah mendung disertai hujan deras yang menimbulkan genangan air hingga banjir di sejumlah titik. Ini membuat para pengendara harus lebih waspada ketika berada di jalan. Kondisi seperti ini tidak hanya berdampak pada kemacetan dan keterlambatan, tetapi juga berpotensi menyebabkan kerusakan serius pada kendaraan. Bagi para pemilik mobil, memahami risiko-risiko yang bisa muncul akibat cuaca ekstrem menjadi hal penting agar dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Aquaplaning
Salah satu masalah paling berbahaya saat hujan deras adalah aquaplaning atau hydroplaning. Kondisi ini terjadi ketika ban mobil kehilangan traksi atau daya cengkeram terhadap permukaan jalan karena adanya lapisan air di antara ban dan aspal. Akibatnya, mobil bisa melayang dan kehilangan kendali sesaat.
Aquaplaning biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kondisi ban yang sudah aus, tekanan udara ban yang tidak sesuai anjuran, kecepatan mobil yang terlalu tinggi saat melewati jalan basah, serta kedalaman genangan air yang melebihi kemampuan ban untuk mengalirkan air keluar.
Untuk mencegahnya, pengemudi disarankan untuk rutin memeriksa kondisi ban, menjaga tekanan udara sesuai rekomendasi pabrikan, dan mengurangi kecepatan ketika hujan turun. Jika mobil terasa kehilangan kendali, jangan panik, lepaskan pedal gas secara perlahan hingga ban kembali mencengkram permukaan jalan.
Penggunaan Lampu Hazard
Selain aquaplaning, penggunaan lampu hazard yang keliru saat hujan deras juga menjadi kebiasaan buruk yang perlu dihindari. Banyak pengemudi menyalakan lampu hazard ketika berkendara di tengah hujan lebat dengan alasan agar kendaraan mereka lebih terlihat.
Padahal, hal ini justru bisa menimbulkan kebingungan bagi pengemudi lain. Lampu hazard seharusnya hanya digunakan ketika mobil dalam keadaan berhenti darurat, bukan saat sedang berjalan. Jika lampu hazard menyala, sinyal lampu sein tidak akan berfungsi dengan benar sehingga pengemudi di belakang tidak dapat memperkirakan arah kendaraan Anda. Solusi yang lebih aman adalah menggunakan lampu utama atau fog lamp (lampu kabut) ketika visibilitas menurun. Dengan begitu, kendaraan tetap terlihat tanpa menimbulkan kesalahpahaman di jalan.
Genangan Air

Masalah berikutnya yang kerap muncul saat cuaca ekstrem adalah risiko kerusakan akibat genangan air atau banjir. Air yang masuk ke ruang mesin dapat menyebabkan water hammer, yaitu kondisi ketika air masuk ke ruang bakar dan membuat piston tidak bisa bergerak dengan sempurna. Kerusakan ini termasuk parah dan biayanya cukup tinggi.
Selain itu, air banjir juga bisa masuk ke sistem kelistrikan, mengganggu sensor, atau bahkan merusak interior mobil. Jika harus melewati genangan air, pastikan terlebih dahulu ketinggian air tidak melebihi setengah ban. Jaga putaran mesin sekitar 2.000 rpm secara konstan, gunakan gigi satu pada mobil manual atau mode "L" pada mobil matic, dan hindari melewati bahu jalan karena biasanya lebih dalam.
Setelah berhasil melewati genangan, segera lakukan pemeriksaan ringan, tekan rem beberapa kali untuk memastikan sistem pengereman kembali bekerja normal.
Kesiapan menghadapi cuaca ekstrem bukan hanya soal kemampuan kendaraan, tetapi juga soal sikap pengemudi. Dengan menjaga perilaku berkendara yang aman, mengutamakan keselamatan, dan memahami risiko di setiap kondisi jalan, kita dapat meminimalkan potensi kecelakaan maupun kerusakan pada kendaraan. Cuaca boleh saja tidak bersahabat, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan yang tepat, perjalanan tetap bisa berlangsung aman dan nyaman.













