Gejala microsleep atau tertidur sepersekian detik selama mengemudi bisa terjadi saat Sahabat berkendara jauh. Gejala yang timbul akibat stagnasi selama perjalanan ini biasanya diatasi oleh pengemudi dengan mendengarkan lagu dari perangkat hiburan kendaraan.
Namun menurut Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu cara ini dinilai tidak terlalu efektif.
"Bukan tidak boleh (mendengarkan musik), tapi jangan berlebihan. Mendengarkan musik itu sering dilakukan pengemudi untuk menghilangkan gejala kebosanan, lelah selama perjalanan. Ini punya konsekuensi karena mendengarkan musik bisa membuat pengemudi terbuai," ucap Jusri, seperti yang dilansir dari laman Kompas.com.
Situasi terbuai dapat tercipta tidak hanya dari musik yang dilantunkan tapi juga kondisi kenyamanan dalam kendaraan. Penggunaan pendingin udara (AC), kekedapan kabin, dapat membuat pengemudi terlalu nyaman.
Baca Juga : Waspada Gejala Microsleep
Jusri menyarankan pengemudi untuk sesekali mendengarkan hiburan musik melalui perangkat audio di kendaraan. Ia tidak menyarankan untuk mendengarkan terus menerus sepanjang perjalanan.
"Kalau mendengar terus sepanjang perjalanan bisa jenuh, bosan malah. Sesekali saja," ujar Jusri.
Jusri mengingatkan untuk pengemudi menetapkan frekuensi berkendara, terutama saat bulan puasa. Bisa diatur setiap delapan jam perjalanan lalu istirahat selama dua jam atau frekuensi lainnya.
Foto : Garasi.id