Dalam dunia otomotif modern, transmisi otomatis menjadi pilihan utama bagi banyak pengendara, terutama mereka yang berkendara di wilayah perkotaan dengan lalu lintas padat. Dari sekian banyak jenis transmisi otomatis, dua yang paling umum digunakan adalah transmisi CVT (Continuously Variable Transmission) dan transmisi otomatis konvensional atau AT (Automatic Transmission). Keduanya menawarkan kenyamanan berkendara tanpa perlu memindahkan gigi secara manual, namun tetap memiliki karakteristik dan teknologi yang berbeda. Pertanyaannya, diantara CVT dan AT, manakah yang lebih awet untuk digunakan dalam jangka panjang?
Perbedaan Dasar CVT dan AT
Sebelum membandingkan keawetannya, kita perlu memahami bagaimana kedua sistem ini bekerja:
Transmisi AT (Konvensional) menggunakan serangkaian gigi dan kopling yang berpindah secara bertahap, sehingga perpindahan gigi terasa lebih "kasar", terutama saat beban berat atau akselerasi cepat.
Transmisi CVT menggunakan sabuk baja dan puli variabel yang memungkinkan rasio gigi berubah secara mulus tanpa hentakan, menghasilkan sensasi berkendara yang lebih halus dan efisien di putaran rendah.
Dari segi keawetan, transmisi AT cenderung lebih tahan terhadap beban berat dan gaya berkendara yang agresif. Sistem roda gigi pada AT dinilai lebih kuat dan tidak terlalu sensitif terhadap perubahan beban secara tiba-tiba. Sementara itu, CVT memiliki kelemahan pada sabuk baja yang rentan aus jika dipaksa bekerja keras, seperti saat sering melewati tanjakan curam atau membawa muatan berat secara terus-menerus. Namun demikian, bukan berarti CVT selalu lebih cepat rusak. Keawetan kedua jenis transmisi ini sangat ditentukan oleh cara pemakaian dan pola perawatan yang dilakukan oleh pemilik kendaraan.
Salah satu faktor penting dalam menjaga umur transmisi adalah penggantian oli secara berkala. Baik AT maupun CVT memiliki jenis oli khusus yang harus digunakan sesuai spesifikasi pabrikan. CVT, misalnya, menggunakan oli CVTF (CVT Fluid) yang memiliki karakteristik berbeda dari ATF (Automatic Transmission Fluid) pada transmisi AT. Jika oli tidak diganti sesuai jadwal atau menggunakan jenis yang salah, maka risiko kerusakan transmisi akan meningkat drastis. Menurut praktisi otomotif, kerusakan pada CVT sering kali disebabkan oleh kelalaian dalam mengganti oli atau penggunaan cairan yang tidak sesuai spesifikasi.
Gaya berkendara juga mempengaruhi keawetan transmisi. Pengemudi yang sering melakukan akselerasi mendadak, mengerem tiba-tiba, atau memaksakan kendaraan bekerja pada putaran tinggi secara terus-menerus akan memperpendek umur transmisi, terutama pada sistem CVT yang lebih sensitif terhadap slip dan panas berlebih. Sementara itu, transmisi AT dinilai lebih "tahan banting" dalam menghadapi beban kerja berat. Namun, jika tidak dirawat dengan baik, AT pun bisa mengalami kerusakan serius pada komponen seperti torque converter atau solenoid hidrolik.
Lung Lung, seorang praktisi dari bengkel Dokter Mobil, dijelaskan dalam sebuah artikel Kompas bahwa secara umum transmisi AT memang lebih awet, terutama pada mobil-mobil yang sering digunakan di medan berat. Namun, ia juga menegaskan bahwa keawetan transmisi, baik AT maupun CVT, lebih ditentukan oleh kebiasaan pengguna dalam merawat mobil. Hermas dari bengkel spesialis Worner Matic juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya, banyak kerusakan transmisi bukan karena jenis transmisinya, melainkan akibat telat servis, salah jenis oli, atau tidak adanya perawatan berkala.
Kesimpulannya, tidak ada jawaban mutlak mengenai transmisi mana yang lebih awet antara CVT dan AT. Jika digunakan pada kondisi yang sesuai dan dirawat dengan benar, keduanya bisa bertahan lama hingga ratusan ribu kilometer. Transmisi AT mungkin lebih cocok bagi pengguna yang sering membawa beban berat atau melewati jalan ekstrim. Sedangkan CVT sangat efisien dan nyaman untuk penggunaan harian di dalam kota, asalkan pengemudi disiplin dalam merawatnya. Kuncinya adalah perawatan rutin, penggunaan oli yang tepat, dan gaya mengemudi yang tidak merusak komponen transmisi secara perlahan.
Pada akhirnya, transmisi adalah komponen vital yang tidak bisa dianggap sepele. Pilihlah jenis transmisi yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya berkendara Anda. Tak kalah penting, ikuti jadwal servis berkala yang dianjurkan pabrikan agar mobil Anda tetap awet dan nyaman digunakan dalam jangka panjang.