Kecil, unik, klasik dan berkelas. Itulah sedikit gambaran mengenai kesan ketika berbicara mengenai mobil Mini.
Kembali menelusuri sejarahnya, awal mula mobil yang kerap diidentikkan dengan tokoh fiksi Mr Bean yang menggunakan model Morris, ini tidak dapat dilepaskan dari Krisis Suez pada akhir 1950-an. Saat itu diberlakukan penjatahan bahan bakar minyak (BBM) bagi negara-negara Eropa, termasuk Inggris Raya.
Setelah 1969, nama pabrikan Austin dan Morris tidak digunakan lagi, sehingga nama resminya adalah Mini. Namun demikian, untuk pasar internasioanal merek Austin atau Morris masih dipergunakan. Selain model sedan ada juga varian lain, yakni Mini Van, Mini Pick-up, Mini Moke (berbentuk mirip jeep) dan Mini Clubman (dengan bentuk hidung yang kotak). Tapi yang paling terkenal adalah Mini Cooper.
Masuk ke Indonesia
Di Indonesia, Morris atau yang lebih akrab disapa mobil mini mulai dikenal banyak orang pada dekade 1970-an. Mobil mungil namun larinya kencang ini mampu menjuarai berbagai turnamen di arena balap Ancol, Jakarta. Saat itu, mobil ini menjadi andalan pebalap Hengki Irawan (1967-1968) dan Karsono (1968-1978).
Importir PT Java Motors menjadi distributor masuknya Morris ke Indonesia. Saat itu masih diimport secara CKD (dalam bentuk kit, langsung dari Inggris) dan dirakit oleh PT National Assemblers yang berpusat di Medan sejak pertengahan 70an hingga 1979.
Namun demikian, sebelum itu sudah pula sejumlah mobil Mini ini terlihat beredar di Indonesia. Mobil ini dimasukan melalui importir individu, dan biasanya dalam keadaan CBU (Completely Build Up). Tidak diketahui secara pasti jumlah jumlah mobil yang diimpor, namun diduga kurang dari 1000 unit dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Unitnya paling banyak ada di Jakarta.
Foto : Garasi.id